TD: Singkatnya, caranya lewat edukasi. Semua orang perlu tahu apa sajakah potensi masalah dan kegagalan pada umumnya. Greenwashing sering kali memiliki konotasi negatif dan orang-orang akan merasa mereka disesatkan. Sering kali penyebabnya adalah kepolosan atau kesalahpahaman naif tentang poin-poin yang relevan.

Ambil contoh daur ulang polipropilena, misalnya. Sebagian besar rak ujung pipet terbuat dari polipropilena, yang merupakan resin kelas lima. Skala resin internasional ialah mulai dari satu menjadi tujuh, dengan satu berarti hampir dapat didaur ulang secara universal dan tujuh hampir tidak dapat didaur ulang. Polipropilena berada di ujung skala yang salah, karena membutuhkan daur ulang khusus. Jadi jika bahan tersebut masuk ke aliran limbah plastik umum Anda, kemungkinan besar polipropilena akan dialihkan ke tempat pembuangan sampah atau pemulihan energi termal, jadi itu adalah satu kesalahan yang sepele.

Untuk plastik yang memang perlu digunakan di rak, kita bisa menggunakan PET. Material tersebut adalah resin kelas satu yang hampir dapat didaur ulang secara universal dan masuk ke aliran daur ulang campuran, sehingga Anda dapat yakin bahwa material itu akan didaur ulang. Bahannya juga memiliki nilai yang lebih tinggi di aftermarket karena daur ulang PET adalah proses yang merata dan teratur, di mana polimer dibelah satu molekul pada satu waktu, menghasilkan daur ulang dengan sifat yang sama dengan PET murni, sehingga Anda dapat memakai produk yang sama dan mendaur ulangnya hingga 10 kali. Hal ini menghentikan aliran oli baru ke dalam siklus produk dan memotongnya pada tahap manufaktur produk. Dengan cara ini, kenaifan atau kurangnya edukasi tentang daur ulang plastik sering kali dapat menyebabkan orang-orang melakukan hal yang salah atau tidak bertindak secara efektif. Tidak ada upaya yang disengaja, tapi yang diperlukan hanyalah edukasi.